Posts

Showing posts from 2021

The Study of Him

He, who refuse to talk about the rain, the pain, the villain, avoiding every indirect release of feelings in return for peace instead of healing. As he traced my veins, taking the route where my thumb left all it is caresses behind, it led to him and everyone but me. While i am caught those nights and those days dreaming flight, when all i cared for was him, when all i craved for was him, and i dream of the kisses i could not have, touching the hallucination of his presence. My reverie does not do justice, to his eyes under a blithe twilight, my hands run through the air silhouette, collecting wishes of him in my palms. - Aini  

Kisah Temaram

Ini adalah tentangku, tentangmu, tentang kita, juga seluruh kisah kita yang kehilangan arah. Di sudut layar gelap,  pemikiran yang hanyut dalam lamunan tengah malam, menghadirkan selembar bayang yang perlahan hirap dari tempatnya bersemayam.   Abadi di antara melodi dari partitur yang menjadi pengiring sebelum tidur. Ialah kalimat tentang 'sudah' saat kau beralasan 'lelah'.   Aku pernah memikul tangisanmu. Bahu yang kerap kali menyerap resah sebelum kau jemput mimpimu. Tak lain, aku hanya figuran. Layaknya dinding pemanis untuk sebuah pertunjukan. Segala sesuatu pada hakikatnya berpasangan. Seperti, kau yang pergi dengan senyum sumringah, sedang aku diam mematung terikat gundah. Kau adalah lakon, sedang aku peran pendukung pemantik guyon. Kemudian ditertawakan semesta. Sebab membawa diri yang sudah terluka pergi mencari takhta di tengah medan perang.   Takhta yang persis di sudut hatimu. Dengan kunci yang kau buang di luasnya imajiku. Maka aku jadi pengelana waktu,...

Tuan Maherat

Siang menyinsing seraya embun berpaling. Berhias peluh kala surya merajai mata angin. Buku lusuh meracau. Burung - burung berkicau. Aksara berhamburan. Inikah pertanda kehilangan?   Kuraih diksi yang enggan turun barang sekali. Sebab bosan di rangkai menjadi kalimat patah hati. Hingga sunyi beranjak pergi, sepi menghianati. Yang tersisa hanya ironi sebagai selimut diri.   Kini simfoni tak lagi berdendang di awal hari. Sapaan pengganggu mimpi tak lagi menyambangi. Hati berat sampai surya tenggelam di ufuk barat. Menjadi kisah penat dengan elegi yang melekat.   Harapan apalagi yang harus di perjuangkan? Takhta mana lagi yang menjadi kemenangan? Tak ada harap lingkup bahasa netra berpijak. Hanya ada semerbak rindu yang kian menjebak.   Aku semakin tersudut di ruang putus asa. Merajut dilema di pekatnya ruang tanpa cahaya. Elegi tercipta dari percikan bahasa netra. Melangit aksara-linang kehilangan muara.   Jika bisa kulampaui padatnya waktu dan ruang. Awal petaka ...