Memorabilia


haruskah aku menjadi puisi melankonis untukmu, tuan?
yang merubah debu menjadi suara rindu
yang merubah kayu - kayu untuk mengutarakan rasa pada anggunnya rupamu


barangkali kau lupa, tuan?
pada sandaran kepala;
dadaku, tempat hilir air matamu mengalir deras disana
mengusir gusar dalam bisik manja anak Adam


dan barangkali kau benar - benar lupa, tuan?
pada diri yang pernah terbunuh sepi bagai bangunan hierarki agung tak terjamah kutipan bingar;
meresap diam
ada harap cemas untuk kembali saling menatap mata penuh duka tertahan;
meski dipaksa mati tiap rasa yang pernah menetap di denyut nadi


tetapi tuan,
puan yang ini tak pernah lupa rayumu dalam canda malam
beradu penuh candu pada titik temu
dan kokoh bahumu mengusir resahku


pun aku tahu, tuan
sudah tamat seluruh geliat rasamu
hingga tatap rengkuhmu tak lagi membasuh getir yang menghampar sedu


biarkan rindu yang berlalu menjadi bait nada, tuan
biarlah angin bertiup lembut pada lingkaran semesta;
merengkuh samudra,
merekahkan purnama,
menerbangkan kelopak bunga kering ringkih penuh pelu,
membawa luka ikut pergi ke tempat tak bersinggah


- Aini

Comments

Post a Comment

thank you for open this blog! with love -aini

Popular posts from this blog

Kisah Temaram

Rinduku

LawPhobia